Kamis, 05 Desember 2024
  • Home
  • PEKANBARU
  • Hidup Dengan 7 Anak, Tina Banting Tulang Jadi Buruh Cuci
Selasa, 25 Juli 2017 18:06:00

Hidup Dengan 7 Anak, Tina Banting Tulang Jadi Buruh Cuci

Oleh: eza
Selasa, 25 Juli 2017 18:06:00
BAGIKAN:
Int
Ilustrasi

PEKANBARU(POROSRISAU.COM)-- Kristina (30) warga Jalan Tanjung Batu gang berdikari kelurahan pesisir, kecamatan Lima Puluh, terpaksa banting tulang menjadi buruh cuci harian demi menghidupi ketujuh orang anaknya yang masih kecil.

Tina, begitu panggilannya, baru mendapat pekerjaan menjadi buruh cuci panggilan harian sekitar dua pekan lamanya. Pekerjaan ini diambilnya setelah 3 bulan lamanya ditinggal pergi oleh sang suami, Dadang Irwansyah, yang bekerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK) yang pergi begitu saja tanpa kabar dan berita.

Dibawah rumah papan kayu berukuran 5X6 dan beralaskan semen itu, Tina kerap mengusap dada dan terkadang sedih saat melihat anak disekitar rumah tetangganya bersekolah.

Sementara, anak keduanya Putra Sandi (13) dan anak ketiga Putri Ayu Lestari (12) terpaksa berhenti sekolah sampai di kelas 3 Sekolah Dasar (SD) karena tidak punya biaya.

"Anak saya yang pertama ikut kakak saya di Medan. Dia disekolahkan kakak saya disana," kata Tina, saat wartawan menyambangi rumahnya, Selasa (25/7) siang.

Sementara, anak keempatnya Bunga Citra Lestari (9 tahun) didaftarkan masuk di kelas 1 Sekolah Dasar Negeri (SDN) 127 Jalan Tanjung Batu, Kelurahan Pesisir, Kecamatan Lima Puluh. Sementara anak ke lima, anak keenam dan ketujuh masih balita.

Dia sendiri mengaku bingung saat sekolah tempat anaknya mengenyam pendidikan meminta sejumlah uang kebutuhan seragam sekolah. Sementara, uang yang dia dapatkan dari biaya upah cuci harian hanya sekitar Rp20-25 ribu per hari.

"Bagaimana saya mau membayar, upah saya mencuci baju hanya cukup untuk biaya makan saja," ucap tina dengan wajah berkaca-kaca.

Sebelum mendapat pekerjaan sebagai buruh cuci harian panggilan, dia mengaku sebelumnya tak memiliki pekerjaan. Untuk menyambung hidup, tina mendapatkan bantuan sumbangan swadaya dari warga sekitar rumahnya. Bantuan itu, diberikan secara sukarela oleh warga untuk kebutuhan membeli beras.

"Satu hari bisa masak 3 tekong beras. Itu untuk makan saya dan anak-anak. Cukup tak cukup, saya bersyukur saja," ucap perempuan yang belum lama ini memeluk agama Islam tersebut.

Untuk pembuatan administrasi kependudukan seperti KTP saja, dia mengaku tidak memiliki uang. Ketujuh anaknya juga sampai saat ini belum memiliki akte kelahiran.

"Ada KK saya, terakhir dibuat tahun 2005. Mau buat, biaya tak ada pak. Saya juga ingin mengurus KTP, KK dan akte kelahiran. Tapi mau gimana, uang tak ada," ucap Tina yang mengaku sudah menetap di daerah tersebut 15 tahun.


Masih ada kaum marjinal di Kota

Anggota DPRD Kota Pekanbaru dari Fraksi PPP PKS NasDem, Roem Diani Dewi, mengaku prihatin dengan kondisi keluarga tersebut. Harusnya, Camat dan Lurah melakukan pendataan terhadap warga yang ada dilingkungannya.

"Kejadian ini seolah-olah luput dari perhatian pemerintah," kata politisi PKS tersebut.

Dia menyebut, disaat Kota Pekanbaru sibuk merayakan Hari Anak Nasional (HAN) dan Kota Pekanbaru disebut-sebut sebagai kota layak anak, ternyata masih ada kaum marjinal yang berada di tengah kota.

"Disaat Pemko Pekanbaru sibuk dengan prestasinya, ternyata masih banyak anak di pekanbaru yang tidak dapat perhatian semestinya," sebutnya.

Harusnya anak-anak yang termarjinalkan ini diurus dan diperhatikan. Dikatakannya, dari kejadian ini, abak-anak tina butuh pendidikan yang layak. "Aneh saja, ada Camat dan Lurah sebagai ujung tombak  yang tidak mengetahui warganya," terangnya.

Karena kesejangan ekonomi, keluarga Tina di Kecamatan Lima Puluh, luput dari perhatian pemerintah. Mereka bahkan tidak mendapatkan bantuan apapun sebagai warga Kota Pekanbaru.

"Harusnya keluarga ini diprioritaskan. Diberi bantuan kartu miskin dan lainnya. Mana warga yang benar-benar warga miskin yang mendapatkan bantuan. Jangan pemerintahnya hanya menaikkan status dan prestasi saja, kalau ditengah kota ada kaum marjinal yang tidak dapat status pendidikan," pungkasnya. (Eza)

Editor: Chaviz

  Berita Terkait
  • 5 Pelajaran Hidup Dari Kisah Endang Irawan, Driver Gojek Yang Hidupi 126 Santri

    7 tahun lalu

    Pria yang kerap disapa dengan Bang Soplo ini tidak hanya bekerja sebagai driver Gojek demi keluarganya saja, tapi juga untuk menghidupi 126 santriwati yang ia asuh. Dan hebatnya

  • Ku Tak Ingin Sandang Status Janda kedua kalinya

    8 tahun lalu

    DUMAI(POROSRIAU.com) – Er  seorang perempuan kelahiran Medan 28 tahun lalu tinggal di jalan Seputaran Jalan Sultan Syarif Kasim Kota Dumai, pernah menyandang status janda, namun setahun

  • Pedih!! Alasan Kesepian, Suami Minta Izin Nikahi Selingkuhan

    7 tahun lalu

    Sayangnya, perjuangannya tidak dihargai oleh suaminya. Mendadak setelah Lebaran 2017 lalu, suaminya malah meminta izin untuk menikah lagi.

  • Kisah Dramatis Rini Puspitawati, dari Anak Yatim, Model, Janda Hingga jadi Pelakor

    6 tahun lalu

    POROSRIAU.COM– Nyawa Rini Puspitawati alias Rini Puspita alias Rindu Puspita (26) tak tertolong. Model cantik berusia 26 tahun ini meninggal setelah mengalami koma selama tujuh hari. Peng

  • Lepas 146 Mahasiswa STAI Nurul Hidayah untuk KKN, Wakil Bupati : Berikan Contoh yang Baik kepada Masyarakat

    6 tahun lalu

    Wakil Bupati Kepulauan Meranti H. Said Hasyim melepas rombongan mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Nurul Hidayah Meranti Angkatan XVI, untuk melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN), sekaligus memberikan pembekelan kepada mahasiswa sebelum turun kel

  •   komentar Pembaca
    Copyright © 2024 POROSRIAU.COM. All Rights Reserved.