POROSRIAU.COM - Kita bersyukur bahwa demokrasi di Tanah Air tercinta sudah semakin maju. Salah satunya, kita bisa memilih langsung wakil kita di DPR RI, DPD RI, DPRD I dan DPRD II. Kita tidak lagi sekedar memilih lambang partai dengan berkesempatan memilih langsung wakil kita tidak dengan mudah.
Ini adalah hasil perjuangan panjang dan harus melalui upaya di ranah hukum, lewat sidang di Mahkamah Konstitusi. Dulu,tentang siapa-siapa yang duduk di dewan, itu dimonopoli partai politik. Akibatnya, para wakil rakyat lebih tunduk kepada partai dibanding kepada rakyat pemilih.
Sejak lima tahun lalu, kita berkesempatan memilih orang, terlepas dari partai politik mereka. Karena pemilihannya langsung, wakil rakyat seharusnya lebih terikat kepada konstituennya (para pemilih) dibandingkan sebelum-sebelumnya. Bisa jadi, seseorang yang merupakan jagoan partai tidak dipilih rakyat.
Sistem pemilihan langsung sangat bagus bagi partai politik sendiri. Agar menang pemilu, partai politik harus mampu merekrut kader-kader yang bagus, yang benar-benar bisa menyuarakan aspirasi rakyat. Dengan sistem pemilihan langsung, partai akan terbebas dari parasit yang menumpang hidup lewat partai padahal tak ada kerja untuk rakyat.
Partai politik harus menawarkan sebuah sistem yang bagus sehingga orang-orang yang potensial meraup suara rakyat mau bergabung. Kalau sistem di suatu partai politik jelek, para calon wakil rakyat potensial akan memilih partai lain.
Apa Saja Kriteria Memilih Caleg 2019 ?
Kriteria terpenting dalam memilih calon wakil rakyat adalah dapat DIPERCAYA. Sebagaimana banyak di profesi lain, pekerjaan wakil rakyat terutama menyangkut amanah. Karenanya harus diisi orang yang dapat dipercaya. Sebagai ilustrasi, dalam memilih supir, pembantu dan office boy saja, kriteria utama yang kita gunakan adalah bisa dipercaya; apalagi kita sedang memilih wakil kita di
dewan yang terhormat. Yang dipilih harus super super dapat dipercaya !!!
Lalu, yang seperti apa yang bisa dipercaya itu? Kepercayaan terdiri atas dua komponen. Yang pertama, saya akan melihat perilakunya. Ia harus JUJUR. Orang yang banyak gombal, suka berbohong, jangan dipilih. Gunakan naluri dan panca indera dalam menilai apakah seseorang konsisten atau tidak, apakah perkataannya sesuai dengan perbuatannya atau tidak.
Soal kejujuran,kita tentu harus melihat track record perilaku caleg tersebut di masa lalu. Ciri khas orang jujur adalah berani TRANSPARAN. Ia berani terbuka karena tidak punya sesuatu yang disembunyikan, baik itu harta haram, bisnis ilegal maupun istri simpanan. Jadi, sejauh mana calon wakil rakyat terbuka, mudah diakses? Kebersediaan untuk transparan dalam bernteraksi dengan pemilih menjadi kriteria yang sangat penting. Komponen kedua dari orang yang dapat dipercaya adalah kemampuan atau KAPABILITAS. Soal kemampuan ini, lihatlah sepak terjang caleg dalam berkegiatan sosial di masyarakat.
Penyalur aspirasi rakyat harus dekat dengan masyarakat, tak bisa hanya modal tenar, tampan dan pandai menghibur.Selain aktivitas sosial, kapabilitas bisa pula dilihat dari latar belakang pendidikan. Pendidikan tidak boleh dipandang remeh. Dewan perwakilan rakyat seyogyanya diisi orang-orang “cerdas”; bukan mereka yang berpikiran pendek, berwawasan sempit dan mudah dikelabui para mafia.
Setelah melihat track record kegiatan sosial dan pendidikan, barulah kita bisa melihat gagasan dan program. Misalnya, apakah caleg tersebut menghormati keberagaman? Apakah ia lebih mementingkan konsumen? Apakah ia punya pendekatan pro keadilan? Apakah ia pendukung perdamaian? Apakah ia mendukung subsidi yang boros? Masing-masing dari kita tentu punya daftar pertanyaan dan ideologi sendiri. Soal ini, terserah masing-masing dari kita dalam mengukurnya dan menggunakan kriteria yang mana.
Demikian empat kata kunci dalam memilih calon wakil rakyat: Dipercaya, Jujur, Transparan dan Kapabel. Idealnya, tentu kita mengenal secara pribadi calon wakil rakyat yang akan dipilih. Tetapi,kondisi ini sulit didapat. Paling tidak, kita bisa tahu sepak terjang calon wakil rakyat melalui karya mereka yang terekam dimedia masa. Tentu, kita juga bisa cari-cari di internet. Tetapi, hati-hati dengan informasi di internet yang terdakang salah, suka berisi fitnah atau sekedar bombastis. Lakukan check and re-check selalu.
Kalau berkesempatan, ada baiknya kita mendatangi acara-acara perkenalan dengan caleg di daerah tempat kita tinggal. Semakin banyak kita mengenal calon wakil rakyat, semakin baik karena kita bisa membanding-bandingkan. Warga negara yang baik (yakni yang peduli akan masa depan diri dan bangsanya) akan meluangkan waktu untuk menseleksi wakil rakyat yang akan mewakilinya.
Bagaimana kalau kita malas? Nah, kita harus bersiap menerima akibatnya. Kita akan mendapati wakilrakyat yang juga malas memperjuangkan aspirasi kita. Di sini, kita harus ingat, dalam demokrasi,wakil rakyat adalah cerminan pilihan rakyat. Wakil rakyat yang cerdas dan aspiratif adalah pilihan dari para pemilih yang cerdas dan aspiratif pula.***