Selasa, 20 November 2018 10:49:00
Proyek Geotermal di Kaki Gunung Talang Masih Menuai Penolakan
Oleh: Redaksi
Selasa, 20 November 2018 10:49:00
SUMBAR(POROSRIAU.COM)--Proyek Geotermal atau panas bumi di kaki Gunung Talang, Sumatera Barat, belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat sekitar. Mereka yang sebagian adalah petani ini, berduyun-duyun menjaga lokasi proyek agar tidak dimasuki oleh pihak konsorsium PT Hitay Daya Energy.
Namun dalam dua hari terakhir, masyarakat mengaku khawatir karena dua unit truk Brimob dan Sabhara Polri mendatangi Kantor Wali Nagari Batu Bajanjang, Kecamatan Lembang Jaya, tak jauh dari lokasi proyek. “Kami ketakutan,” kata Rizal, warga Kecamatan Lembang Jaya, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, saat dihubungi, Senin, 19 November 2018. Lembang Jaya adalah salah satu lokasi proyek yang berada di kaki gunung setinggi 2.500 meter ini.
Rizal menjelaskan bahwa ketakutan muncul lantaran tiga orang warga Lembang Jaya sebelumnya telah ditangkap polisi. Mereka ditangkap karena diduga merusak mobil pengelola geothermal saat berlangsungnya aksi penolakan pada November 2017.
Masyarakat, kata Rizal, sebenarnya menolak proyek ini karena di sanalah lahan pertanian dan perkebunan yang menjadi sumber mata pencarian mereka. Masyarakat sekitar menggantungkan hidup dengan menanam padi, kentang, cabe, hingga bawang merah. “Dengan hasil itu, kami menyekolahkan anak-anak,” ujarnya.
Keterlibatan PT Hitay Daya Energy, dan juga PT Dyfco Energy, bermula ketika Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan keduanya sebagai pemenang lelang atas wilayah kerja panas bumi (WKP) Gunung Talang-Bukit Kili, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, akhir Oktober 2016. Konsorsium pimpinan Hitay, perusahaan asal Turki, ini mengalahkan PT Pertamina (Persero) yang menguasai mayoritas pembangkit geotermal, dalam lelang WKP Gunung Talang. Setelah ditetapkan sebagai pemenang, Hitay ditargetkan bisa beroperasi pada 2021.
Menurut Direktur Panas Bumi Kementerian Energi saat itu, Yunus Safulhak, Hitay Investment Holding memenangi lelang lantaran menawarkan harga jual listrik panas bumi US$ 12,75 sen per kilowatt-jam (kWh) untuk WKP Gunung Talang. Adapun Pertamina mematok harga US$ 13,6 sen per kWh.
Saat ini, blok seluas 27 ribu hektare ini memiliki potensi listrik panas bumi hingga 65 megawatt (MW). Pemerintah menyasar potensi energy 20 MW untuk pembangkit listrik.
Selain di lokasi proyek, gelombang protes juga tersiar secara online. Di twitter, tagar #SaveGunungTalang mencuat. Salah satunya disuarakan oleh Walhi Sumatera Barat, yang ikut mendampingi warga di sekitar lokasi proyek.
“Saat ini kondisi Gunung Talang kembali mencekam dengan kedatangan dua unit mobil korps Brimob Kepolisian ke lokasi pembangunan proyek Geotermal yang ditengarai akan membekingi PT Hitay,” tulis pihak Walhi Sumba dalam akun twitternya, @WalhiSumbar, Sabtu, 17 November 2018.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia atau Walhi Sumatera Barat, Chaus Uslaini, membenarkan bahwa Rizal merupakan warga di salah satu lokasi proyek PT Hitay Daya Energy. Walhi bersama organisasi masyarakat sipil lainnya, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang dan Nurani Perempuan, ikut mendampingi Rizal dan warga Lembang Jaya.
Menurut Chaus, masyarakat khawatir karena pihak PT Hitay masih mencoba masuk ke lokasi proyek. Meski sejumlah personel kepolisian yang tadinya datang, sudah beranjak pergi, namun warga masih tetap berjaga di lokasi.
Masyarakat Lembang Jaya, kata Uslaini, sebenarnya ingin mendengar secara langsung analisis para ahli terkait dampak negatif dari proyek geotermal, seperti yang terjadi di beberapa lokasi di Indonesia. Masyarakat juga ingin mengetahui bagaimana upaya mitigasi yang dilakukan perusahaan dan pemerintah jika terjadi kegagalan teknologi atau human error dalam proyek ini.
Terakhir, warga juga ingin meminta kepastian soal jumlah lokasi yang akan dieksploitasi dari 27 hektare luas izin yang dikantongi perusahaan.
Direktur Panas Bumi, Kementerian Energi saat ini, Ida Nuryatin Finahari, mengatakan pihaknya terus berkoordinasi dengan Hitay sebagai pimpinan konsorsium proyek. “Mereka juga update terus perkembangannya,” kata dia. Kementerian Energi pun juga akan segera menyampaikan rilis lengkap soal masalah yang terjadi di lokasi proyek Geotermal ini.***
Editor: Chaviz
Sumber: tempo.co
Masjid 60 Kurang Aso Wisata Religi Solok Selatan
8 tahun laluPada masa lalu, di daerah Solok Selatan terdapat sebuah Kerajaan penting. Kerajaan Alam Surambi Sungai Pagu namanya. Hingga saat ini masih banyak peninggalan-peninggalan bersejarah yang masih terpelihara dengan baik
Mengharukan! Wanita Non Muslim Ini Hadiri Reuni Aksi 212, Bukan Untuk Sebungkus Nasi
7 tahun laluTerharu, mungkin hanya kalimat itu yang terlintas di fikiran ketika kita membaca tulisan dari pengguna media sosial (medsos) atas nama M Irawati Soemadi.
Gunung Arjuno Via Jalur Purwosari, Menikmati Alam Sekaligus Belajar Sejarah
6 tahun laluSuka mendaki gunung? Cobalah mendaki Gunung Arjuno melewati Jalur Purwosari. Kita bisa menikmati alam sekaligus belajar sejarah. Arjuno Welirang, mendengar namanya gambaran tentang kegagahannya selalu muncul di benak. Begitu tinggi menjulang diatas 3336
Pembangunan Jembatan Kampung Belading Asal Jadi
9 tahun laluSIAK (POROSRIAU.com) - Pembangunan Jembatan Belading Kecamatan Sabak Auh Kabupaten Siak memasuki tahap III yang dikerjakan oleh PT Kemung Yona Pratama dan PT Alam Makmur Prima Utama menuai kritikan tajam dari masyarakat, pasalnya, pada pembangunan tersebu
Barcelona Taklukkan Tim Juru Kunci Berkat Gol Rafinha
8 tahun laluBarcelona menuai angka penuh setelah menang atas Granada dengan skor 1-0, pada laga lanjutan La Liga 2016-2017, di Estadio Camp Nou, Sabtu (29/10/2016) atau Minggu (30/10/2016) dini hari WIB. Rafinha menjadi pahlawan Barcelona setelah mencetak gol pada me